Senin, 19 Januari 2009

Kita di bunuh oleh …

Pernah kah anda mendengar bahwa ada paguyuban tukang becak yang ternyata salah satu program nya adalah menyerempetkan becak nya ke mobil yang lewat ? Kemudian setelah terjadi percekcokan antara yang punya mobil dan tukang becak, dengan tanpa minta persetujuan si pemilik mobil, ditunjuklah sang ketua paguyuban menjadi wasit/penengah, dan anda tahu kan hasilnya kemudian? Ganti rugi bagi tukang becak !

Hari hari ini SBY begitu mesakke (kasihan), apa yang dilakukan SBY menjadi salah karena dia kebetulan menjadi Presiden. Dan yang sangat terbaru adalah Pak Saechon, seperti ada kewajiban untuk “memenangkan yang miskin”, maka pak saechon dalam alam pikiran semua orang menjadi salah, padahal orang orang belum tentu telah mengetahui dengan seksama “asbabun nuzul “ (baca kronologi) tragedy Pasuruan itu.

Saya punya kawan, menurut saya dia itu luar biasa (bersih) untuk ukuran orang pajak, tetapi ya itu tadi, hanya karena kebetulan dia orang pajak, seakan akan kebersihan dia hanya kamuflase.

Silahkan anda sebutkan contoh contoh sebagaimana saya sebutkan diatas, itu semua terjadi karena kesadaran pikiran kita dibunuh oleh yang namanya STIGMA. Saya tidak berdiri di Monas ketika AKKBB dan FPI bentrok, tetapi “ekosistem informasi” membuat kesadaran pikiran saya seakan mengatakan “dasar FPI, tukang pembuat kekerasan” padahal saya tidak tahu persis asal muasal terjadinya kekerasan.

Kawan kawan ku semua : hari hari ini dan mungkin akan berlangsung lama, semua lingkungan informasi yang beredar di sekitar kita meracuni alam pikiran kita dengan apa yang dinamakan STIGMA, dan ketika kesadaran pikiran kita sudah teracuni maka ilmu, adil, objektif menjadi tak bisa bergerak menuntun kesadaran pikiran kita. Yang ingin saya katakan adalah berimbanglah menggunakan pengetahuan anda dan ketidaktahuan anda untuk memaknai fenomena, dan jangan sekali kali teracuni oleh STIGMA. Era pasar bebas ide seperti sekarang meniscayakan kita untuk bisa melakukan proses filter, verifikasi, tabayyun agar input yang masuk ke kesadaran pikiran kita menjadi bersih dan akhirnya kita bisa memandang persoalan dengan jernih.

Sesekali jadikan kesunyian menjadi input alam kesadaran pikiran kita, gampang di tulis, tapi susah di praktekkan, bukan ??

Suwun ...

Tidak ada komentar: